Jawaban Aktivitas 7.5 Halaman 191 Menumbuhkan Sifat Cinta Takut dan Harap kepada Allah Subhanahu Wata’ala Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum Merdeka

ohgreat.id-Jawaban Aktivitas 7.5 Halaman 191 Menumbuhkan Sifat Cinta Takut dan Harap kepada Allah Subhanahu Wata’ala Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum Merdeka.

Kali ini, Ohgreat akan membahas materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 10 halaman 191. Bacaan ini bisa Adik-adik temukan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 10 Kurikulum Merdeka Bab 7 Hakikat Mencintai Allah Swt., Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya. Pembahasan berikut bisa Adik-adik simak untuk mencocokan dengan jawaban yang telah Ohgreat kerjakan sebelumnya. Jadi, silahkan kerjakan terlebih dahulu secara mandiri ya???

Aktivitas 7.5

Bersama kelompokmu, diskusikanlah “bagaimana cara menumbuhkan sifat cinta, takut dan berharap kepada Allah Swt. secara bersamaan pada diri seseorang?”. Presentasikan hasilnya di depan kelas!

Jawaban:

Cara Menumbuhkan Sifat Cinta, Takut dan Harap kepada Allah:

1. Mempelajari Asmaul Husna

Memahami arti dari asmaul husna dan mencoba untuk mentadabburi semua yg ada di langit dan di bumi.

2. Baca Quran dengan membaca isi dan kandungannya

Bukan sekedar membaca (tilawah) atau mengaji. Melainkan juga mempelajari isinya serta makna yang terkandung di dalam Alquran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Lakukan lebih banyak tindakan ibadah dengan ikhlas

“Tidak ada yang membuat hamba-Ku disayangi selain melakukan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan keutamaan agar Aku mencintainya.” (HR Al-Bukhari)

4. Selalu ingat Allah

Orang-orang shaleh biasa mengatakan bahwa jika kamu bangun dan tidur karena mengingat Allah, maka kamu bangun dan tidur tanpa dosa. Bukan berarti kita tidak akan membuat kesalahan, tetapi dosa dihapus dengan mengingat Allah terus-menerus, dan perbuatan baik.

5. Mengikuti Rasulullah

Bukti kecintaan kita kepada Alloh adalah dengan mengikuti Rasululloh dalam segala hal. Bahkan kecintaan kita terhadap beliau harus lebih dari kecintaan kita terhadap diri sendiri dan keluarga. Beliaulah teladan baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan sebagainya.

Alloh berfirman, Surat Al-Ahzab Ayat 21

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Arab-Latin: Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul limang kāna yarjullāha wal-yaumal-ākhira wa żakarallāha kaṡīrā

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Maka jika kita mencintai Alloh, mari kita buktikan dengan menjadikan Rasululloh sebagai panutan kita, bukan dengan menjadikan orang-orang kafir sebagai panutan, walaupun mereka itu populer dan terkenal seperti artis, selebritis dan semacamnya. Karena sesungguhnya Rosululloh bersabda “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya (di hari akhirat nanti).” (HR. Muslim).

Ibadah seorang hamba harus dibangun oleh tiga pilar, dan ketiganya harus terkumpul seluruhnya dalam setiap muslim. Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan sempurna kecuali dengan adanya pilar-pilar tersebut. Bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai ‘rukun ibadah’. Tiga hal itu adalah “cinta, takut dan harap”.

Seorang salaf berkata, “Barang siapa beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang siapa beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang siapa beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang siapa yang beribadah dengan cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”

“Perjalanan hati menuju Allah bagaikan burung. Kepalanya adalah cinta dan kedua sayapnya adalah takut dan harap. Jika kepala dan kedua sayapnya baik, maka itu adalah burung yang terbaik. Dan jika kepalanya terpenggal, maka burung itu mati. Dan ketika kedua sayapnya patah, maka itu merupakan kesia-siaan bagi setiap usaha yang tidak bermakna. Namun para salaf senantiasa memperkuat dan menyegarkan kembali sayap rasa takut selama di dunia, ketika mereka keluar dari dunia, mereka menguatkan sayap harapan, dan hanya Allah yang dapat menyalurkan seluruh nikmat dan karuniaNya.” (Imam Ibnul Qayyim dalam Madarij as Salikin)

 

Disclaimer:

1. Kunci jawaban pada unggahan Ohgreat tidak mutlak kebenarannya

2. Unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama

3. Jawaban pada unggahan Ohgreat mungkin akan berbeda dengan pembahasan di sekolah atau penunjang lain

*** Agar tidak ketinggalan update berita berita menarik dan Pembahasan Soal terbaru lainnya yang ada di ohgreat.id. Jangan lewatkan dan dapatkan Berita berita Update lainnya.***

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *