Jawaban Lembar Aktivitas 4 halaman 29 Studi Kasus: Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka

ohgreat.id-Jawaban Lembar Aktivitas 4 halaman 29 Studi Kasus: Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka.

Kali ini, Ohgreat akan membahas jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Kelas 10 halaman 29. Pertanyaan ini bisa Adik-adik temukan pada buku Ilmu Pengetahuan Sosial SMA Kelas 10 Kurikulum Merdeka Tema 01 Sejarah Indonesia. Pembahasan berikut bisa Adik-adik simak untuk mencocokan dengan jawaban yang telah Ohgreat kerjakan sebelumnya. Jadi, silahkan kerjakan terlebih dahulu secara mandiri ya???

Lembar Aktivitas 4

Studi Kasus
Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya berencana membangun jalur trem sepanjang 17 km menghubungkan Wonokromo dan Kalimas. Trem itu akan menggunakan teknologi modern, tetapi jalurnya menggunakan jalur trem lama karena lebih dari 80 persen masih dapat digunakan. Jalur trem di Surabaya tak pernah secara resmi dibongkar. Ia terpendam di bawah aspal, tanah, atau material lainnya.

Trem di Surabaya mulai ada pada paruh kedua abad ke-19. Seperti di kota-kota lain, trem ini bagian dari upaya modernisasi transportasi semasa pemerintah kolonial Hindia Belanda demi alasan kepentingan perekonomian. Berbekal izin pada 1886, Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS) menjadi perusahaan pengelolanya. Trayek awalnya meliputi tiga jalur (Belanda: lijn): Ujung-Sepanjang, Mojokerto-Ngoro, dan Gemekan-Dinoyo. Trem ini mulai beroperasi pada 1889. Trem-trem tersebut hilir-mudik saban setengah jam.

Seiring perkembangan kota, OJS terus menambah jalur, terutama di dalam kota. Antara 1913-1916, jalur sisi barat ke pusat kota dibuka. Beberapa persimpangan jalur lalu dibuat untuk menghubungkan wilayah-wilayah yang terpisah, seperti dari Wonokromo dan Boulevard Darmo ke Willemspein (kini Jembatan Merah). “Orang sekarang dapat melakukan perjalanan setiap sepuluh menit atau kurang menggunakan trem yang semodern di Belanda,” tulis Howard W. Dick dalam Surabaya, City of Work: A Socioeconomic History, 1900-2000.

Gambar 1.10 Trem jalur Wonokromo Willemsplein (kini Jembatan Merah) di Surabaya pada tahun 1928.
Sumber: KITLV 159078 (1928).

OJS mengandalkan trem listrik—dibangun pada 1911 dan selesai pada 1924—karena efisien, bebas polusi dan lebih bersih. Untuk mengoperasionalkan trem listrik, OJS harus membebaskan lahan sangat luas. “Kebutuhan untuk membeli hak jalan bagi jaringan (trem) listrik, Oost Java Stoomtram Maatschappij memutuskan untuk menangani bisnisnya secara bersamaan dengan real estate, sehingga menghindari klaim terlalu tinggi dan mendapat keuntungan sampingan dari naiknya harga tanah sekitar akibat adanya perbaikan transportasi umum,” lanjut Dick.

Bersama sarana transportasi lain yang terus dibangun, trem menggerakkan perekonomian kota. Para buruh yang umumnya tinggal di luar kota, sangat tergantung pada trem untuk mencapai tempat kerjanya. Pada 1927, sekira 11,4 juga orang menggunakan trem listrik dan 5,2 juta yang menggunakan trem uap. Trem secara tak langsung juga ikut memindahkan pusat kegiatan ekonomi Surabaya. “Kawasan bisnis, yang terletak di Jembatan Merah selama masa kolonial, pindah ke utara Tunjungan,” tulis Peter JM Nas dalam Directors of Urban Change in Asia.

Namun, kemunculan mobil yang hampir bersamaan dengan dimulainya operasional trem listrik membuat trem bersaing ketat dengan bus, taksi, opelet, atau mobil pribadi untuk mendapatkan penumpang. Setelah zaman Malaise (krisis ekonomi dunia pada 1930), trem juga harus membagi penumpangnya kepada sepeda yang mulai masuk dari Jepang.

Bagi kaum pergerakan, trem dengan kelas-kelasnya dianggap simbol penjajahan. “Kereta api, trem, dan stasiun kereta api adalah tempat yang memungkinkan orang untuk menandai perbedaan kelas, atau dipaksa untuk menerima posisi inferior seseorang,” tulis Dick. Serikat buruh kereta api dan trem di Surabaya melakukan pemogokan pada 1923 sebagai perlawanan terhadap ketidakadilan.

Masa sulit trem berlanjut ketika pendudukan Jepang.

Trem sempat berhenti beroperasi selama tiga pekan akibat pemboman Sekutu terhadap instalasi listrik di dekat Malang yang merupakan pemasok listrik untuk Surabaya. “Hanya kereta api OJS, yang berbahan bakar kayu, yang dapat beroperasi menghubungkan Kedurus dan Sepanjang atau lebih jauh ke Ujung, dekat Pelabuhan Tanjung Perak,” kenang Des Alwi dalam Friends and Exiles: A Memoir of the Nutmeg Isles and the Indonesian Nationalist Movement.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengambil alih trem dan kereta api. Djawatan Kereta Api, yang menjalankannya, membagi penumpang berdasarkan harga tiket: kelas I (seharga 15 sen) dan kelas II (10 sen). “Ironisnya, kondisi itu justru menjadikan trem selalu merugi karena banyak penumpang yang tidak membayar,” ujar Ella Ubaidi, Executive Vice President Unit Pusat Pelestarian, Pemugaran, dan Arsitektur Design PT KAI, kepada Historia.

Buruknya manajamen Djawatan Kereta Api membuat keberadaan trem akhirnya “hidup segan mati tak mau”. Persaingan ketat dengan moda transportasi lain yang lebih modern, akhirnya membuat trem di Surabaya mati pada 1970-an.

Sumber artikel: “Sepenggal Perjalanan Sejarah Trem di Surabaya” ditulis oleh M.F. Mukthi tanggal 05 Mei 2015. https://historia.id/urban/articles/sepenggal-perjalanan-sejarah-trem-di-surabaya-Pew89

Petunjuk kerja:

a. Tugas dikerjakan secara individual.

b. Tulis argumen kalian di buku atau media lain.

c. Kalian dapat mencari dari berbagai sumber lain yang terkait untuk mencari informasi lebih lanjut.

Berdasarkan artikel tersebut, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan perkembangan trem pada masa pemerintah Belanda hingga masa sekarang!

Jawaban:

Trem digunakan sebagai alat transportasi dalam kota dan memiliki peran penting bagi para buruh untuk mencapai tempat kerja mereka.

Trem menjadi bagian modernisasi transportasi semasa pemerintah kolonial Hindia Belanda demi alasan kepentingan perekonomian.

Perkembangan trem di Indonesia diawali dengan trem bertenaga kuda pada tahun 1869. Setelah itu diganti dengan trem uap pada 1882. Perkembangan trem semakin berkembang setelah trem listrik berhasil diadopsi di Batavia pada 1899, bahkan lebih awal 3 bulan dari peluncuran perdana trem listrik di Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, trem listrik masih sempat beroperasi. Sayangnya, trem listrik hanya sampai tahun 1959. Setelah itu, trem istrik berhenti beroperasi. Ada sejumah faktor penyebab, antara lain kurangnya dana untuk perawatan, dan ada dugaan Presiden Soekarno lebih menginginkan Jakarta menggunakan kereta bawah tanah karena dianggap lebih cocok daripada rem listrik.

Lalu, pada 1970 trem sudah tidak digunakan lagi di Kota Surabaya karena sudah kalah bersaing dengan transportasi lain dan lebih modern.

2. Bagaimanakah kesinambungan trem sebagai moda transportasi pada masa dahulu hingga sekarang?

Jawaban:

Kesinambungan trem sebagai moda transportasi pada masa dahulu hingga sekarang yaitu diawali dengan penggunaan tenaga hewan sebagai penggerak kemudian berkembang dengan menggunakan tenaga uap.

Setelah itu ditemukannya mesin pembakaran dalam kemudian penggunaan nuklir sebagai bahan bakar. Dan sekarang yang terbaru yaitu penggunaan listrik sebagai bahan bakar.

Selain itu, Di masa lalu, trem adalah moda transportasi yang sangat diandalkan. Hal ini membuat perekonomian kota menjadi lebih mudah dan meningkat. Namun, lambat laun trem menjadi ditinggalkan penumpangnya.

Di masa sekarang pun, trem tidak beroperasi lagi. Meskipun jalur-jalur trem masih ada. Akan tetapi, kini moda transportasi yang tersedia adalah berupa bus.

3. Adakah peristiwa pengulangan yang terkait dengan berhentinya trem sebagai salah satu moda transportasi umum apabila kalian hubungkan dengan kejadian pada masa kini terkait dengan nasib dari moda transportasi umum? Jelaskan sesuai dengan kondisi penggunaan moda transportasi umum di daerah kalian!

Jawaban:

Pada akhir abad ke-19 penggunaan trem uap ini digantikan oleh trem listrik. Trem listrik memiliki jalur yang lebih banyak dibandingkan trem uap. Trem listrik beroperasi dalam lima jalur. Selain harganya tiketnya murah (sepicis atau sepuluh sen), hampir seluruh wilayah kota saat itu juga dilaluinya. Jadwalnya pun sangat padat, masyarakat tak perlu menunggu lama.

Meski memiliki manfaat dari segi efektifitas waktu dan jarak, tetapi riwayat trem harus berakhir pada 1960an. Hal ini dikarenakan Presiden Soekarno tidak menyukai trem yang berseliweran di depan istana presiden. Rel-rel besi bekas trem ditutup aspal untuk pembangunan jalan raya. Kebijakan ini diambil karena biaya pembongkaran besi-besi jalur trem jauh lebih mahal.

Kemudian, pada 15 Januari 2004 pemerintah kota Jakarta meresmikan Transjakarta sebagai moda transportasi umum. Transjakarta saat itu merupakan bus rapid transit (BRT) pertama di Asia Tenggara. Panjang keseluruhan jalur lintasan transjakarta yang mencapai 208 kilometer diklaim sebagai lintasan BRT yang terpanjang di dunia. Hingga kini, Transjakarta memiliki 13 koridor dengan berbagai jalur melintasi Jakarta.

Berdasarkan pemaparan di atas, Bus Transjakarta merupakan bentuk pengulangan sejarah dari trem yang pernah dipergunakan sebagai transportasi umum pada masa pemerintah Kolonial Belanda hingga Soekarno.

4. Jelaskan perubahan apa yang terjadi dari penggunaan trem di Surabaya pada masa itu?

Jawaban:

Adanya trem di Surabaya diakibatkan oleh perkembangan perkebunan mulai dari masa liberalisasi ekonomi serta adanya teknologi yaitu mesin uap. Untuk mengangkut hasil perkebunan perlu sarana transportasi untuk mendukung kelancaran hasil produksi.

Dan dengan adanya penggunaan trem di Surabaya maka:

a. Adanya urbanisasi dari daerah pedalaman ke daerah Surabaya.

b. Adanya pertumbuhan pusat perekonomian.

c. Tumbuhnya daerah-daerah permukiman.

Trem secara tak langsung juga ikut memindahkan pusat kegiatan ekonomi Surabaya. “Kawasan bisnis, yang terletak di Jembatan Merah selama masa kolonial, pindah ke utara Tunjungan,” tulis Peter JM Nas dalam Directors of Urban Change in Asia.

5. Mengapa trem dapat menjadi simbol penjajahan bagi kaum pergerakan kemerdekaan pada masa itu?

Jawaban:

Penggunaan Trem dapat diartikaan dalam simbol penjajah karena didalam trem terdapat bagian-bagian untuk golongan kelas atas, kelas menengah, kelas bawah, dan kelas eropa.

Tiket trem dibedakan menurut kelas-kelas tertentu. Hal ini mirip dengan tindakan diskriminatif penjajah Belanda yang membedakan kelas masyarakat antara penduduk Eropa, Timur Asing, dan pribumi.

Dengan adanya kelas dalam trem, disimbolkan bagaimana ketidakadilannya pada kelas-kelas saat itu.

 

Disclaimer:

1. Kunci jawaban pada unggahan Ohgreat tidak mutlak kebenarannya

2. Unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama

3. Jawaban pada unggahan Ohgreat mungkin akan berbeda dengan pembahasan di sekolah atau penunjang lain

*** Agar tidak ketinggalan update berita berita menarik dan Pembahasan Soal terbaru lainnya yang ada di ohgreat.id. Jangan lewatkan dan dapatkan Berita berita Update lainnya.***

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *