Jawaban Lembar Aktivitas 2 Aktivitas Individu Halaman 70 Artikel Yang Berkaitan Dengan Pengaruh Cuaca dan Iklim Ilmu Pengetahuan Soial SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka

ohgreat.id-Jawaban Lembar Aktivitas 2 Aktivitas Individu Halaman 70 Artikel Yang Berkaitan Dengan Pengaruh Cuaca dan Iklim Ilmu Pengetahuan Soial SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka.

Kali ini, Ohgreat akan membahas materi Ilmu Pengetahuan Soial SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka TEMA 02: KEMAJEMUKAN MASYARAKAT INDONESIA. Pembahasan berikut bisa Adik-adik simak untuk mencocokan dengan jawaban yang telah Ohgreat kerjakan sebelumnya. Jadi, silahkan kerjakan terlebih dahulu secara mandiri ya???

KEMAJEMUKAN MASYARAKAT INDONESIA

Lembar Aktivitas 2 Aktivitas Individu

1. Carilah sebuah artikel yang berkaitan dengan pengaruh cuaca dan iklim dalam kehidupan sehari-hari di internet!

2. Cetak artikel tersebut dan tuliskan sumber artikel yang didapat secara lengkap!

3. Bacalah artikel tersebut dengan seksama!

4. Kemudian analisislah artikel tersebut dengan menjawab pertanyaan di bawah ini

a. Bagaimana kondisi cuaca ataupun iklim yang tertulis dalam artikel tersebut! Coba uraikan secara singkat!

b. Bagaimana kondisi yang terjadi setelah adanya perubahan cuaca dan iklim berdasarkan artikel yang sudah dibaca!

c. Tuliskan dampak perubahan cuaca dan iklim yang terdapat dalam artikel tersebut!

d. Tuliskan upaya yang dilakukan untuk mengatasi perubahan dan iklim yang terdapat dalam artikel tersebut!

5. Kerjakan dalam lembar aktivitas yang telah disiapkan oleh guru!

6. Diskusikan dengan teman-teman di dalam kelas secara bergiliran!

Jawaban:

Artikel yang berkaitan dengan pengaruh cuaca dan iklim dalam kehidupan sehari-hari

Pentingnya Pemahaman Mengenai Cuaca Ekstrem Indonesia

kepada Masyarakat Agar Tidak Terpapar Hoax

BANDUNG, itb.ac.id – Cuaca ekstrem semakin sering terjadi akibat pemanasan global yang memburuk seiring waktu. Fenomena cuaca yang timbul seperti banjir dan kekeringan berdampak buruk bagi lingkungan maupun masyarakat. Namun, banyak orang di Indonesia belum memahami permasalahan sepenuhnya.

Dalam rangka mengedukasi hal-hal seputar cuaca ekstrem, ITB mengadakan workshop daring berjudul “Cuaca Ekstrem: Hoax kah?” di hari Sabtu (18/06/2022). Kegiatan ini terbuka untuk umum dan mengundang tiga narusumber untuk berdiskusi: Dr. Joko Wiratmo, M.P.; Siswanto, M.Sc. Ph.D. (cand); dan Prof. Dr. Ir. Eddy Hermawan, M.Sc.

Dr. Joko menekankan pentingnya pemahaman cuaca ekstrem di Indonesia sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kesadaran terhadap cuaca ekstrem juga dapat membantu masyarakat dalam menemukan solusi terbaik untuk membangun resiliensi dan adaptasi terhadap persoalan tersebut. “Penyampaian informasi mengenai cuaca perlu ilmu pengetahuan yang cukup kuat supaya informasi-informasi berseliweran yang cenderung tidak benar dapat dihindari,” kata Wakil Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Agus Mochamad Ramdhan, S.T, M.T, Ph.D., menambahkan.

Pemaparan pertama dimulai dengan Dr. Joko, Ketua Pelaksana acara ini. Sebagai dosen Program Studi Meteorologi FITB ITB, dia menjelaskan bahwa informasi cuaca sering dikemas secara tidak tepat. Berita-berita yang disebut dengan hoaks ini sering viral dengan tanggal dan hari kejadiannya tidak jelas. Selain sumber berita tidak kompeten, informasi yang disampaikan terkesan tidak ilmiah.

“Misal berita-berita yang menyebabkan keresahan segera ditangkal dengan pemberitaan tepat dari media-media massa, jumlah hoaks yang beredar dapat berkurang dan masyarakat terdidik dengan informasi yang benar.”

Secara teori, dunia mempunyai enam subsistem yang melingkupi iklim keseluruhan: atmosfer, hidrosfer, kriosfer, biosfer, litosfer, dan humanosfer. Semua bagian tersebut saling berinteraksi untuk menghasilkan iklim yang kompleks. Maka dari itu, permasalahan ilkim tidak hanya dilhat dari segi atmosfernya saja, tetapi dilihat juga dari semua subsistem yang mempengaruhi kondisi iklim di waktu tertentu.

Cuaca atau iklim ekstrem ditandai dengan nilai parameternya jauh di bawah atau di atas normal dan diakibatkan oleh faktor alam dan manusia. “Sebagian besar penyebab perubahan iklim adalah dari faktor manusia sebesar 90%,” Dr. Joko membahas.

Dr. Joko menambahkan, “Oleh karena itu, pengendalian perubahan iklim dimulai dari merubah perilaku manusia saat ini.” Aksi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi ini adalah lebih aktif and responsif menyuarakan kebenaran ilmiah kepada orang-orang di media massa maupun media sosial. Masyarakat juga dianjurkan untuk meneliti setiap berita atau fenomena alam yang terjadi di sekelilingnya agar informasi yang didapatkan faktual.

Sesi diskusi kedua dipimpin oleh Peneliti Muda Bidang Meteorologi dan Klimatologi di Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), Siswanto. Dia menerangkan bahwa WMO (World Meteorological Organization) telah rilis pernyataan 2021 adalah tahun terpanas kedua bumi. Peningkatan suhu global ini adalah sinyal pasti pemanasan global bukan hoaks dan sedang berlangsung. Indonesia sendiri mengalami dampak pemanasan global. Dari studi yang dilakukan oleh BMKG, suhu permukaan negara menunjukkan tren peningkatan selama 40 tahun terakhir.

Salah satu pemicu kenaikan suhu adalah pengembangan perkotaan yang seringkali mengubah lingkungan sekitar dengan cepat. Peningkatan pemanasan lokal ini lebih cepat dibandingkan dengan daerah pendesaan. Laporan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) 2021 mengumumkan bahwa total bencana yang terjadi pada tahun tersebut berjumlah 197, di mana 96% diakibatkan dari bencana hidrometerologi yang berkaitan dengan cuaca dan iklim ekstrem.

WMO memberitakan bahwa keadaan suhu rata-rata global semua permukaan bumi di tahun 2020 hingga 2024 akan terus meningkat sekurang-kurangnya 1oC, dan ada 20% kemungkinan kenaikan ini melebihi 1.5oC dalam kurun satu tahun. Konsekuensi kenaikan drastis suhu bumi adalah peningkatan daya tangkap uap air di atmosfer yang mendatangkan banyak ancaman bencana hidrometoerologi, contohnya adalah curah hujan ekstrem dan banjir besar.

Selanjutnya adalah sesi pemaparan dari Prof. Eddy, peneliti ahli utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Dia menjelaskan topik-topik cuaca ekstrem yang sering kena isu hoaks, yaitu hujan deras dan banjir, pemanasan global, serta kekeringan dan gelombang panas. Untuk perkara kekeringan, Indonesia pernah mengalaminya saat kemarau basah 2020 dan 2021. Fenomena ini diprediksi akan kembali tahun ini di bulan Juni-Agustus.

“Harus kita pahami bahwa walaupun Indonesia benua maritim, cuaca tiap daerah bervariasi,” dia mengatakan. Ada kawasan yang tipe hujannya monsoonal dan ada kawasan lain yang tipe hujannya anti-monsoonal atau equatorial. Tiap kawasan dengan tipe hujan berbeda mempunyai respons berbeda.

Data musiman berbasis indeks IOD menunjukkan curah hujan pada bulan Juni 2022 sudah di atas normal, sehingga prakira hujan di bulan Agustus dan September kemungkinan semakin besar. Dalam jangka panjang, pola cuaca La-Nina mendominasi data musiman CPC (Climate Prediction Center) sejak musim kemarau 2020.

Jika mengikuti tren ini, musim kemarau basah sepertinya akan berlanjut hingga akhir September atau awal Oktober 2022 yang dipengaruhi oleh IOD berfase negative. Cuaca ini hanya terjadi pada kawasan-kawasan IOD di Samudera Hindia yang bertipe hujan monsoonal.

Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)

Bagaimana kondisi cuaca ataupun iklim yang tertulis dalam artikel tersebut! Coba uraikan secara singkat!

Jawaban:

Kondisi yang terjadi yaitu cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem adalah kejadian fenomena alam yang tidak normal dan tidak lazim dan ditandai oleh kondisi curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembaban udara, dan jarak pandang yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta.

Bagaimana kondisi yang terjadi setelah adanya perubahan cuaca dan iklim berdasarkan artikel yang sudah dibaca!

Jawaban:

Kondisi yang terjadi setelah adanya fenomena cuaca ekstrem di Indonesia cenderung meningkat disebabkan oleh dampak perubahan iklim yang saat ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat, seperti meningkatnya frekuensi bencana banjir, meningkatnya bencana kekeringan, dan mundurnya masa musim hujan.

Tuliskan dampak perubahan cuaca dan iklim yang terdapat dalam artikel tersebut!

Jawaban:

Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim bisa menyebabkan peningkatan intensitas hujan disertai angin kencang dan banjir. Kondisi ini bisa menyebabkan lingkungan jadi tempat ideal untuk nyamuk berkembang biak, termasuk nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Dengan kondisi perubahan iklim ini, wabah penyakit malaria dan DBD semakin banyak.

Tuliskan upaya yang dilakukan untuk mengatasi perubahan dan iklim yang terdapat dalam artikel tersebut!

Jawaban:

Upaya Penanganan perubahan iklim bisa dilakukan dengan cara sederhana. Berikut beberapa solusi perubahan iklim antara lain:

1. Penanaman Pohon

Solusi perubahan iklim yang pertama adalah dengan menanam pohon, sederhana bukan. Kamu dapat menanam pohon di halaman rumah atau dengan menaruh beberapa tanaman kecil di teras rumah. Pohon dan tanaman lain selama fotosintesis akan menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen.

Tanaman adalah komponen yang tidak bisa dipisahkan dari yang namanya siklus pertukaran atmosfer secara alami. Beberapa tanaman juga dapat melawan peningkatan karbon dioksida yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia seperti manufaktur, lalu lintas kendaraan, produksi dan lainnya.

2. Menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Solusi perubahan iklim lainnya adalah menerapkan Reduce, Reuse, Recycle. Reduce merupakan aktivitas menggunakan produk kemasan utamanya plastik seminimal mungkin. Langkah reduce ini membantu mengurangi pemborosan.

Reduce bisa dilakukan dengan membeli produk yang bisa digunakan berkali-kali alih-alih membeli yang sekali pakai. Lalu, reuse merupakan aktivitas menggunakan kembali barang bekas seperti botol plastik atau kantong plastik.

Sedangkan recycle merupakan aktivitas mendaur ulang barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang berguna lagi. Contohnya kamu bisa mendaur ulang kertas, koran, plastik, kaleng kaca atau limbah lainnya menjadi suatu barang yang bermanfaat.

3. Mengajak Orang Lain Melakukan Pelestarian Lingkungan

Mengajak orang lain untuk melakukan pelestarian lingkungan adalah solusi perubahan iklim yang bisa dilakukan bersama. Mudah saja, jamu bisa mencari informasi mengenai konservasi energi atau daur ulang dengan tetangga, teman, atau bahkan rekan kerja.

Kamu bisa memberikan contoh yang baik untuk pelestarian lingkungan dengan kebiasaan baru yang kamu lakukan. Misalnya mematikan arus listrik yang tidak terpakai atau membuat kompos dari sampah organik. Selain itu, kamu juga bisa mengikuti komunitas pecinta lingkungan untuk mendapatkan pelajaran dan wawasan baru tentang pelestarian lingkungan.

4. Mengurangi Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi

Kamu dapat mengikuti solusi perubahan iklim ini yakni mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Hal ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari kendaraan pribadi. Tak hanya menghemat bahan bakar fosil, dengan bersepeda atau jalan kaki bisa menjadi bentuk olahraga yang menyehatkan badan.

Kamu bisa memanfaatkan transportasi umum atau gunakan kendaraan bersama. Jika kamu terpaksa mengemudi, maka pastikan motor atau mobil berjalan dengan efisien. Contohnya, dengan menjaga ban tetap mengembang dengan benar maka dapat meningkatkan jarak tempuh hingga lebih dari 3%.

5. Meminimalkan Penggunaan Peralatan CFC

Solusi perubahan iklim yang lain adalah meminimalkan penggunaan peralatan CFC (Cloro Four Carbon), dimana ini merupakan senyawa yang mengandung klorin, fluorin dan atom karbon yang terikat di dalamnya. CFC biasanya digunakan oleh peralatan pendingin udara misalnya AC. Penting diketahui, CFC ini menyumbangkan sekitar 20% dalam proses efek rumah kaca.

Maka dari itu, ketika kita merancang sebuah bangunan, lebih baik memiliki banyak ventilasi udara sehingga tidak perlu memakai AC atau pendingin ruangan lainnya. Jika memang diperlukan AC maka pastikan untuk memilih AC non CFC yang lebih ramah lingkungan.

6. Mematikan Peralatan Elektronik Saat Tidak Terpakai

Solusi ini adalah solusi perubahan iklim kecil yang bisa dilakukan di rumah yakni mematikan peralatan elektronik yang tidak terpakai. Misalnya mematikan kipas, lampu, AC, TV, komputer, kulkas atau peralatan elektronik lainnya.

Mengganti lampu dengan lampu LED adalah salah satu cara cerdas dalam meningkatkan efisiensi energi. Apalagi, sekarang harga lampu LED sudah terjangkau, pilihlah yang mempunyai sensor cahaya sehingga mati secara otomatis. Untuk beberapa jenis perangkat elektronik seperti komputer atau TV gunakan fitur standby atau mode siaga.

Meskipun mode standby ini masih mengkonsumsi hingga 40% dari energi selama 20 jam. Jadi, jika peralatan elektronik tidak terpakai maka matikan saja perangkatmu tersebut. Selain hemat energi juga lebih menghemat biaya listrik yang dikeluarkan. Untuk listrik kamu bisa mencoba menggunakan panel surya yang ditaruh di atap rumah supaya menjadi sumber listrik alternatif yang bisa digunakan.

 

Disclaimer:

1. Kunci jawaban pada unggahan Ohgreat tidak mutlak kebenarannya

2. Unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama

3. Jawaban pada unggahan Ohgreat mungkin akan berbeda dengan pembahasan di sekolah atau penunjang lain

*** Agar tidak ketinggalan update berita berita menarik dan Pembahasan Soal terbaru lainnya yang ada di ohgreat.id. Jangan lewatkan dan dapatkan Berita berita Update lainnya.***

You May Also Like