Jawaban Aktivitas 9.8 Halaman 215 Hikmah atau Pelajaran Penting Dari Kisah Mabrur Walau Tidak Pergi Haji Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 7 Kurikulum Merdeka

ohgreat.id-Jawaban Aktivitas 9.8 Halaman 215 Hikmah atau Pelajaran Penting Dari Kisah Mabrur Walau Tidak Pergi Haji Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 7 Kurikulum Merdeka.

Kali ini, Ohgreat akan membahas materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 7 halaman 215. Bacaan ini bisa Adik-adik temukan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 7 Kurikulum Merdeka Bab 9 Rukhṣah: Kemudahan Dari Allah Swt dalam Beribadah kepada-Nya. Pembahasan berikut bisa Adik-adik simak untuk mencocokan dengan jawaban yang telah Ohgreat kerjakan sebelumnya. Jadi, silahkan kerjakan terlebih dahulu secara mandiri ya???

Aktivitas 9.8

Inspirasiku

Bacalah kisah di bawah ini!

Mabrur Walau Tidak Pergi Haji

Ada seorang ulama yang berasal dari Marwaz, yang selalu menginginkan haji dan jihad. Beliau adalah ‘Abdullāh bin Mubārak (118-181 H/726-797 M). Dua hal ini dilaksanakan secara bergantian. Tahun ini berhaji, dan tahun depannya jihad.

Suatu saat, ia tertidur setelah mengerjakan ibadah haji. Dalam tidurnya, muncul mimpi bahwa dia melihat 2 malaikat turun ke bumi. Kedua malaikat itu turut terlibat dalam sebuah pembicaraan. “Berapa banyak orang yang berhaji tahun ini?”, tanya satu malaikat kepada malaikat kedua. “Enam ratus ribu orang”, jawab malaikat lainnya.” Namun, tidak ada satupun yang diterima, kecuali seorang tukang sepatu bernama Muwaffaq orang Damaskus. Karena dia, semua orang yang berhaji menjadi diterima hajinya”, kata malaikat kedua.

‘Abdullāh bin Mubārak terbangun. Ia sangat berkeinginan mengunjungi Muwaffaq di Damaskus. Ia pergi dan menemuinya. Ketika bertemu, ia menyampaikan mimpi tersebut. Muwaffaq menangis, setelah mendengar ceritanya. Bahkan sampai pingsan. Setelah sadar, ‘Abdullāh bin Mubārak memohon kepada Muwaffaq untuk menceritakan mengapa hanya dirinya yang mabrur.

Selama lebih dari 40 tahun, Muwaffaq sangat ingin beribadah haji. Dari hasil pekerjaannya sebagai tukang sepatu, Dia mengumpulkan 350 dirham. Tibalah musim haji. Dia dengan istrinya mempersiapkan diri untuk berangkat haji. Menjelang berangkat, istrinya yang sedang hamil mencium aroma makanan yang enak dari tetangganya. Dia mendatangi tetangganya dan memohon supaya ia memberikan sedikit makanan tersebut untuk istrinya.

Namun, apa yang terjadi? Tetangganya menangis. Ia bercerita bahwa anaknya tidak makan apa-apa selama tiga hari. Dia berkata, “Hari ini, aku melihat seekor keledai mati tergeletak dan kemudian aku memotongnya, lalu kumasak untuk mereka. Ini terpaksa kulakukan karena kami memang tidak punya. Jadi, makanan ini tidak layak buat kalian karena makanan ini tidak halal bagimu,” jelasnya sambil menangis.

Muwaffaq langsung kembali ke rumah setelah mendengar cerita tersebut. Ia langsung mengambil uang 350 dirham yang menjadi tabungannya, kemudian uang itu diserahkan kepada tetangganya. Muwaffaq berkata, “Ini uang untuk hajiku, tapi belanjakanlah untuk anak-anakmu”

(Sumber: Syahrudin El-Fikr, Mabrur Tanpa Berhaji, dalam https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah, diunduh tanggal 28 Oktober 2020)

Tuliskan hikmah atau pelajaran penting yang dapat dipetik dari kisah di atas pada buku tugasmu!

Jawaban:

Hikmah Kisah tersebut:

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ جَابِرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌُ إِلاَّ الْجَنَّةَ قِيْلَ وَمَا بِرُّهُ ؟ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الْكَلاَمِ (رواه أحمد والطبرانى وغيره)

Artinya: “Dari Jabir Radiallahuanhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Haji mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga.’ Rasul ditanya, ‘Apa tanda-tanda mabrurnya?’ Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, ‘Senang membantu memberikan makanan dan santun dalam berbicara’.” (HR Ahmad, Al Tabranl)

“Berniat ibadah haji dengan sungguh-sungguh, menyiapkan diri dengan keteguhan hati dan totalitas kepasrahan, ikhtiar serta kesadaran diri untuk meraih keutamaan adalah proses yang diganjar oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, walaupun mungkin tidak kesampaian dalam melaksanakan ibadah haji tersebut karena beberapa faktor atau kendala, sehingga belum terlaksana atau tertunda,”

 

Disclaimer:

1. Kunci jawaban pada unggahan Ohgreat tidak mutlak kebenarannya

2. Unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama

3. Jawaban pada unggahan Ohgreat mungkin akan berbeda dengan pembahasan di sekolah atau penunjang lain

*** Agar tidak ketinggalan update berita berita menarik dan Pembahasan Soal terbaru lainnya yang ada di ohgreat.id. Jangan lewatkan dan dapatkan Berita berita Update lainnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *