ohgreat.id-Jawaban Aktivitas 1 Halaman 252 Pengalaman Berjuang Menuntut Ilmu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka.
Kali ini, Ohgreat akan membahas materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 8 halaman 252. Bacaan ini bisa Adik-adik temukan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP Kelas 8 Kurikulum Merdeka Bab 10 Meneladani Inspirasi dan Kontribusi Ilmuwan Muslim Pada Masa Bani Abbasiyah untuk Kemanusiaan dan Peradaban. Pembahasan berikut bisa Adik-adik simak untuk mencocokan dengan jawaban yang telah Ohgreat kerjakan sebelumnya. Jadi, silahkan kerjakan terlebih dahulu secara mandiri ya???
Meneladani Inspirasi dan Kontribusi Ilmuwan Muslim Pada Masa Bani Abbasiyah untuk Kemanusiaan dan Peradaban
Aktivitas 1
Pantun Pemantik
Para nelayan menjala ikan
Menjala ikan berdayung sampan
Ayulah kawan coba renungkan
Pentingkah ilmu pengetahuan?
Terdengar kumandang ażan Magrib
Jangan menunda ibadah salat
Menuntut ilmu hukumnya wajib
Mari belajar sepanjang hayat
Matahari tenggelam di ufuk barat
Menanti malam berhiaskan purnama
Agar sejahtera dunia akhirat
Kuasai Ilmu umum dan agama
Naiklah perahu si perahu kertas
Manalah mungkin mengarungi lautan
Keberhasilan karena kerja keras
Kesuksesan karena pengetahuan
Tulislah sebuah pengalaman yang paling menarik atau penting saat kalian berjuang menuntut ilmu (boleh pengalaman sejak di Sekolah Dasar sampai sekarang)
Jawaban:
KisahKu Menuntut Ilmu
Waktu kecil, disaat masih duduk di bangku SD Kelas 1 tepatnya kurang lebih pada tahun 2004 saya kehilangan sorang yang saya sayangi. Sosok yang juga begitu luar biasa dalam hidup saya, benar sekali, dia adalah ayah tercinta saya.
Meski hidupku dari kecil sudah ditinggal seorang ayah tercinta namun saya tak pernah putus asa ataupun patah semangat dalam berjuang hidup. Bersama Ibu tercinta saya yakin pasti saya bisa menjalani dan mampu mengubah hidupku di kemudian hari.
Seiringnya bertambah tahun lama-kelamaan saya mulai bertumbh besar dan mulai faham akan kehidupanku ini. Sejak mulai hari itulah perubahan dalam diri saya berubah menjadi drastis. Maksudnya berubah drastis disini, saya harus mulai bisa belajar mengenal dunia luar. Mungkin kayak seperti film Tarzan yang baru keluar hutan, yang tidak mengerti apa-apa.
Lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD) Saya tentukan jenjang selanjutnya yaitu dengan berlanjut di pendidikan Islam MTS NU 22 SINGOROJO. Dengan niat belajar sekaligus menambah pengalaman baik dari keagamaan maupun pendidikan.
Inilah sekolahku Mts Nu 22 Singorojo, Tempat dimana dulu saya belajar dan tempat dulu awal pertama mengenal Dunia luar. Disinilah banyak kenangan-kenangan yang saya tinggalkan mulai dari masa MOSIBA (Masa Orientasi Siswa Baru) hingga hal yang tak lupakan yaitu kenakalan saya di kala itu.
Dulu saya mau sempat mau berantem dengan guru saya sendiri yakni adalah namun nggk perlu saya sebutin orangnya siapa dan masalahnya apa. Namun disaat itu saya sadar bahwa sayalah yang sebenarnya Salah!!! meski begitu, saya bertanggung jawab dikala itu. Jangan dikira nggk bertanggung jawab. Emang saya kira apaan.
Meski kala itu umur saya masih kecil. Namun hati saya sudah punya rasa tanggung jawab, seperti rasa yang saya memiliki dengan Ibuku. Rasa yang ingin bertanggung jawab atas segalanya.
Tepat di hari lebaran Iduk Fitri, di hari yang suci itulah saya meniatkan untuk datang ke rumahnya guru yang dulu itu, dengan harapan bisa memaafkan dan bisa membangun hubungan Sillahturahim. Dan Alhamdulillah berkat niat yang baik ternyata harapan itu terwujud hingga saat ini.
Kisah Perjalanan Imam Syafi’i Menuntut Ilmu
Ketika berguru di kota Mekah Imam Syafi’i di perintahkan oleh gurunya, “wahai Muhammad pergilah engkau ke Madinah untuk berguru lagi, karena sesungguhnya ilmuku sudah habis, semuanya sudah kuajarkan padamu”. Imam syafi’i pun menuruti perintah sang guru dan beliau segera berpamitan dengan sang ibu. Berkatalah sang Ibu, “pergilah engkau menuntut ilmu di jalan Allah, kita akan bertemu nanti di akhirat.” Maka Imam Syafi’i Pun berangkat ke Madinah mencari guru untuk mengajarkannya ilmu.
Di Madinah beliau berguru kepada Imam Malik. Tak butuh waktu lama, Imam Syafi’i langsung menyerap ilmu yang Imam Malik ajarkan sehingga semua orang terkagum-kagum dibuatnya. Termasuk sang guru yang pada saat itu merupakan ulama tertinggi di Madinah, Imam Syafi’i Pun menjadi murid kesayangan Imam Malik.
Imam Syafii kemudian mengembara ke Iraq dan menimba ilmu di sana, beliau berguru kepada murid-muridnya Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi. Meski sudah banyak menyerap ilmu di Irak, imam Syafi’i belum ingin pulang karena belum ada panggilan dari ibundanya. Di Irak Imam Syafi’i berkembang menjadi murid yang terkenal sangat pintar dan tercerdas. Sehingga dalam waktu singkat ia sudah diminta untuk mengajar. Tak butuh waktu lama, ribuan murid pun berbondong-bondong datang untuk berguru padanya. Hingga ia pun menjadi ulama besar yang terkenal ke seluruh penjuru Irak hingga Hijaz.
Ibundanya imam syafi’i pada setiap tahunnya juga melakukan ibadah haji, pada kesempatan tahun itupun sang ibu melaksanakan ibadah haji. Pada saat itu sang ibu mengikuti kajian dari salah seorang ulama yang mana sang ulama tersebut sering mengucapkan nama imam Syafi’i. Mendengar ulama tersebut sering mengucapkan nama sang anak, setelah pengajian sang ibu pun menjumpai ulama tersebut. Sang ibu bertanya kepada sang ulama Wahai syekh siapakah itu Muhammad bin Idris Asy Syafi’i? sang ulama pun menjawab bahwa imam syafi’i adalah gurunya di irak.
Kemudian sang ibu dengan penasaran menanyakan lagi kepada sang ulama bahwa Muhammad bin Idris Asy Syafi’i yang manakah yang maksud? ulama tersebut pun menjawab bahwa ia merupakan ulama besar yang berasal dari kota mekah. Sang Ibu pun Terkejut mengetahui bahwa guru ulama tersebut merupakan anaknya. Kemudian sang ulama menyampaikan kepada ibunya imam syafi’i bahwa ia ingin berpesan apa kepada sang anak? Sang ibu pun menjawab bahwa ia telah memperbolehkan sang anak untuk pulang ke rumahnya.
Sesampainya sang ulama tersebut di Irak ia langsung menyampaikan pesan tersebut kepada sang guru. Imam syafi’i yang mendengar kabar tersebut langsung bergegas untuk pulang ke mekah. Mendengar kabar sang imam ingin pulang penduduk irak sangat sedih, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika sang imam ingin pulang, masyarakat serta sang murid pun telah menyiapkan bekal kepada sang imam. Karena sang imam telah menjadi ulama besar di irak ia pun menerima bekal yang sangat banyak, ratusan ekor unta telah dia terima dari masyarakat dan para muridnya.
Sesampainya sang imam di pinggir kota mekah, ia pun memerintahkan sang murid untuk memberitahukan sang ibu bahwa anaknya telah berada di pinggir kota mekah. Sang ibu bertanya apakah yang ia bawa? sang murid pun menjawab dengan bangga bahwa sang imam membawa ratusan ekor unta dan harta lainnya. Mendengar itu sang ibu pun sangat marah dan ia tidak memperbolehkan sang anak untuk pulang.
Dengan rasa bersalahnya sang murid kembali menjumpai sang guru dan menyampaikan bahwa sang ibu marah dan tidak memperbolehkannya pulang. Mendengar berita itu sang imam sangat ketakutan dan menyuruh sang murid untuk mengumpulkan seluruh orang-orang miskin di kota mekah, kemudian ia memberikan seluruh harta yang ia bawa hingga yang tersisa hanya kitab-kitab dan ilmunya. Kemudian sang imam memerintahkan sang murid untuk memberitahu sang ibu tentang hal ini, setelah mendengar kabar tersebut sang ibu pun memperbolehkan sang imam untuk pulang.
Disclaimer:
1. Kunci jawaban pada unggahan Ohgreat tidak mutlak kebenarannya
2. Unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama
3. Jawaban pada unggahan Ohgreat mungkin akan berbeda dengan pembahasan di sekolah atau penunjang lain
*** Agar tidak ketinggalan update berita berita menarik dan Pembahasan Soal terbaru lainnya yang ada di ohgreat.id. Jangan lewatkan dan dapatkan Berita berita Update lainnya.***