Jawaban Aktivitas 1.4 Halaman 7 Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan Hadis Yang Terkait Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum Merdeka

ohgreat.id-Jawaban Aktivitas 1.4 Halaman 7 Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan Hadis Yang Terkait Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum Merdeka.

Kali ini, Ohgreat akan membahas materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 11 halaman 7. Bacaan ini bisa Adik-adik temukan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas 11 Kurikulum Merdeka Bab 1 Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek. Pembahasan berikut bisa Adik-adik simak untuk mencocokan dengan jawaban yang telah Ohgreat kerjakan sebelumnya. Jadi, silahkan kerjakan terlebih dahulu secara mandiri ya???

Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek

Aktivitas 1.4

Aktivitas Peserta Didik:

Bentuk kelas kalian menjadi 3 kelompok. Lalu, setiap kelompok mendapatkan sub-materi dari materi ajar yang akan dipelajari:

(1) membaca secara tartil (sesuai ilmu tajwid dan makharijul huruf) Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan Hadis yang terkait;

(2) menganalisis isi kandungan Q.S. Ali Imrān/3: 190-191 dan Hadis yangterkait;

(3) Menghafalkan dengan fasih dan lancar Q.S. Ali Imrān/3: 190-191.

Hasilnya dipresentasikan oleh masing-masing kelompok!

Jawaban:

1. Membaca secara tartil (sesuai ilmu tajwid dan makharijul huruf) Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan Hadis yang terkait

Tartil merupakan salah satu metode membaca Alquran. Membaca Alquran dengan tartil maksudnya membaca tanpa tergesa dan perlahan-lahan sehingga seseorang dapat lebih mudah meresapi makna ayat yang dibacanya.

Membaca Alquran dengan tartil sangat dianjurkan, sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam firman-Nya, “Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil: 4)

Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Janganlah kau gerakkan lidahmu untuk (membaca) Alquran karena hendak cepat-cepat menguasainya. Atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” (QS. Al-Qiyamah: 16-17)

Selain tartil, ada beberapa metode membaca Alquran yang lain, yaitu tahqiq, hadr, dan tadwir. Tahqiq adalah membaca Alquran dengan tenang, hadr artinya membaca cepat, sedangkan tadwir merupakan kombinasi tartil dan hadr.

Bagi yang belum paham bagaimana cara membaca Alquran dengan tartil yang baik dan benar, beberapa tips di bawah ini bisa menjadi panduan.

Surat ali-imran ayat 190

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal

Surat Ali-Imran ayat 191

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Hukum Tajwid Surat Ali Imran Ayat 190

اِنَّ = Hukumnya Ghunnah sebab huruf nun bertasydid, untuk cara membacanya dengan dengung serta ditahan selama 3 harakat.

فِيْ = Hukumnya Mad asli atau Mad Thobi’i karena huruf fa’ berharakat kasroh bertemu ya sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang selama 2 harakat.

السَّمٰوٰ = Hukumnya Alif lam syamsiyah karena huruf Alif lam bertemu huruf syamsiyah sin. Dibaca idgham (masuk ke huruf sin).

السَّمٰوٰ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf mim berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

السَّمٰوٰ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf wau berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

وَاخْتِلَافِ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

الَّيْلِ = Hukumnya Mad layin atau mad lin karena huruf ya’ sukun didahului oleh huruf lam berharakat fathah.

النَّهَارِ = Hukumnya ghunnah sebab huruf nun bertasydid, untuk cara membacanya dengan dengung serta ditahan selama 3 harakat. Juga alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah nun. Dibaca idgham (masuk ke huruf nun).

النَّهَارِ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ha berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

لَاٰ = Hukumnya Mad badal karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata akan tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf mad. Cara membacanya panjang 2 harakat.

يٰتٍ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ya’ berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

يٰتٍ لِّاُ = Hukumnya Idgham bilaghunnah karena huruf ta’ berharakat kasrah tanwin bertemu huruf lam tasydid. Dibaca lebur tanpa dengung dan bunyi tanwin menjadi hilang.

الْاَ لْبَابِ = Hukumnya Mad aridh lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwakaf. Cara membacanya panjang 2 sampai 6 harakat.

الْاَ لْبَابِ = Hukumnya Qalqalah kubra karena huruf qalqalah qaf diwaqaf. Cara membacanya dipantulkan lebih tebal.

اَلَّذِيْنَ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf dzal berharakat kasroh bertemu ya sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

Hukum Tajwid Surat Ali Imran Ayat 191

كُرُوْنَ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ra’ berharakat dammah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

كُرُوْنَ اللهَ = Hukumnya Tafkhim karena lafadz Allah didahului oleh huruf hijaiyah berharakat fathah. Cara membacanya tebal.

قِيَا = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ya’ berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

مًا وَّ = Hukumnya Idgham bighunnah karena huruf mim berharakat fathah tanwin bertemu huruf wau. Dibaca masuk dengan dengung dan ditahan sampai 3 harakat.

قُعُوْ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ‘ain berharakat dammah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

دًا وَّ = Hukumnya Idgham bighunnah karena huruf dal berharakat fathah tanwin bertemu huruf wau. Dibaca masuk dengan dengung dan ditahan selama 3 harakat.

عَلٰى hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf lam berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

جُنُوْ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf nun berharakat dammah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang selama 2 harakat.

بِهِمْ وَ = Hukumnya Izhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu huruf wau. Dibaca jelas tidak berdengung sama sekali.

يَتَفَكَّرُوْ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ra’ berharakat dhammah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang selama 2 harakat.

فِيْ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf fa berharakat kasrah bertemu ya’ sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

السَّمٰوٰتِ = Hukumnya Alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah sin. Dibaca idgham (masuk ke huruf sin).

السَّمٰوٰتِ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf mim berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

السَّمٰوٰتِ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf wau berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

رَبَّنَا = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang selama 2 harakat.

مَا = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang selama 2 harakat.

خَلَقْتَ = Hukumnya Qalqalah sughra karena huruf qalqalah qaf sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara ringan.

هٰذَا = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ha berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

هٰذَا = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf dzal berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

بَاطِلاً = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf ba berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.

بَاطِلاًۚ سُبْحٰنَكَ = Hukumnya ikhfa karena huruf lam alif berharakat fathah tanwin bertemu dengan huruf sin. Cara membacanya samar dengan dengung dan ditahan selama 3 harakat. Pada waktu mengucapkan huruf nun mati, sikap lidah dan bibir dipersiapkan menempati huruf sin.

سُبْحٰنَكَ = Hukumnya Qalqalah sugra karena huruf qalqalah ba’ disukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara ringan.

سُبْحٰنَكَ = Hukumnya Mad asli atau mad thobi’i karena huruf kha berharakat fathah tegak dan setelahnya tidak bertemu huruf hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Untuk cara membacanya dengan panjang selama 2 harakat.

Hadits Penciptaan langit dan bumi serta ciptaan Allah yang lainnya

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بِتُّ فِي بَيْتِ مَيْمُونَةَ لَيْلَةً وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهَا لِأَنْظُرَ كَيْفَ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً ثُمَّ رَقَدَ فَلَمَّا كَانَ ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ أَوْ بَعْضُهُ قَعَدَ فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ فَقَرَأَ { إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَى قَوْلِهِ لِأُولِي الْأَلْبَابِ } ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسْتَنَّ ثُمَّ صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ثُمَّ أَذَّنَ بِلَالٌ بِالصَّلَاةِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى لِلنَّاسِ الصُّبْحَ

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah mengabarkan kepadaku Syarik bin Abdullah bin Abu Namir dari Kuraib dari Ibn Abbas mengatakan, “Suatu malam aku bermalam di rumah maimunah sedang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Shallallahu’alaihiwasallam di sisinya, itu kulakukan dengan niat agar aku bisa melihat Shalat Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam ketika malam. Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berbincang-bincang bersama istrinya beberapa saat, kemudian tidur, ketika sepertiga malam terakhir tiba, atau sebagiannya, beliau duduk dan menatap langit lantas membaca ayat: ‘(Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi hingga ayat terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal) ‘ (QS. Ali’Imran: 190). Kemudian beliau berdiri dan berwudlu’, beliau membersihkan gigi-giginya kemudian shalat sebelas rakaat. Kemudian setelah Bilal mengumandangkan adzan (subuh), beliau shalat dua rakaat, kemudian keluar untuk mengimami orang-orang shalat subuh.”

2. Isi kandungan Q.S. Ali Imrān/3: 190-191

Berikut ini isi kandungan Surat Ali Imran ayat 190-191 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.

a. Surat Ali Imran ayat 190 menegaskan bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda kekuasaan Allah.

b. Tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini –termasuk dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantiang malam dan siang- hanya diketahui oleh ulul albab.

c. Surat Ali Imran ayat 191 menjelaskan dua ciri ulul albab. Yakni berdzikir dan berpikir. Ulul albab selalu ingat kepada Allah dalam segala kondisi dan ulul albab juga mempergunakan akalnya untuk bertafakkur, memikirkan penciptaan alam semesta.

d. Tafakkur atau berpikir yang benar akan mengantarkan pada kesimpulan bahwa Allah menciptakan alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya tidak ada yang sia-sia. Semuanya benar, semuanya bermanfaat.

e. Tafakkur atau berpikir yang benar juga melahirkan kedekatan kepada Allah, mengakui kelemahan makhluk dan mengakui kekuasaan Allah, serta memperbanyak doa kepada-Nya.

3. Menghafalkan dengan fasih dan lancar Q.S. Ali Imrān/3: 190-191

Berikut ini kaidah yang harus diperhatikan saat menghafal Al-Qur’an agar mudah, cepat dan lancar:

a. Niat Ikhlas Hanya Karena Allah

Orang yang mengikhlaskan diri dengan niat ibadah kepada Allah maka tidak akan terbebani oleh target. Target yang ada di dalam pikirannya bukan target berapa juz ia harus dapat hafalan melainkan berapa jumlah pahala pengulangan dan penambahan bacaan dalam hafalan. Ingat bahwa targetnya bukan berapa banyak hafalan melainkan berapa pahala yang berpotensi mendatangkan Ridha Allah Subhanahu Wata’ala.

Apabila niatnya bukan karena Allah maka hanya akan menjadi beban pada saat menghafal Al-Qur’an. Ciri yang dapat dirasakan apabila niat tidak ikhlas yaitu mudah putus asa, kecewa, marah, jengkel, kesal, geram, menggerutu dan mencari-cari kesalahan orang lain atau menyalahkan keadaan. Jika itu terjadi maka sangat wajar bila masih merasakan kesulitan dalam menghafal. Saat menghafal Al-Qur’an, niat harus benar-benar murni karena ingin mendapatkan Ridha Allah. Kenikmatan menghafal Al-Qur’an adalah pada proses menghafalkannya sebagai sarana berzikir ibadah kepada Allah.

b. Menjadikan Semua Waktu Terbaik

Jika tidak segera memulai menghafal maka waktu akan terus berjalan tanpa satu halaman pun didapatkan. Karena itu, mulai saja saat ini untuk menghafal Al-Qur’an dengan niat 30 juz untuk seumur hidup. Kita tidak mengetahui kapan waktunya meninggal dunia sehingga harus dipersiapkan mumpung masih hidup. Tidak perlu menunggu momen jadwal karantina tahfizh, mulailah sekarang juga dengan bimbingan dari orang-orang sekitar Anda yang juga menghafal Al-Quran. Mulailah menghafal sedikit demi sedikit dari sekarang.

c. Menggunakan Al-Qur’an Yadain Standar Karantina Hafal Quran Sebulan

Al-Qur’an cetakan terbaik karena kejelasan khatnya yaitu Al-Qur’an Madinah ukuran kecil. Adapun Al-Qur’an Yadain berukuran besar (A4) yaitu hanya untuk memulai mengakselerasi menghafal Al-Qur’an sebulan di karantina tahfizh.

Menghafal Al-Qur’an berarti memindahkan Al-Quran fisik kepada Al-Qur’an Virtual yang ada di pikiran penghafalnya. Bentuk Al-Qur’an Virtual di dalam pikiran penghafal Al-Qur’an bentuknya akan sama dengan Al-Qur’an fisik yang biasa digunakan untuk menghafal Al-Qur’an. Dilarang dengan tegas bergonta-ganti mushaf untuk hafalan Al-Qur’an, itu dapat mempengaruhi kecepatan hafalan maupun kekuatan hafalan.

Sebenarnya boleh berganti mushaf dari ukuran besar ke ukuran sedang maupun ukuran saku. Namun harus diperhatikan bahwa tata letak baris pada Al-Qur’an harus sama. Tidak hanya itu bahkan setiap ganti baris pada ayat Al-Qur’an harus sama persis sehingga tidak membingungkan dalam menghafal A-Quran.

d. Baca Berulang Tulisan Virtual di dalam Pikiran Melalui Pengucapan

Kebanyakan para penghafal Al-Qur’an menghafal menggunakan pengulangan bacaan tanpa terlebih dahulu memasukkan tulisannya ke dalam Al-Qur’an Virtual. Pengulangan yang baik hendaknya merupakan pengulangan bacaan dari tulisan yang ada di dalam pikiran. Sistem memotret kemudian memproyeksikan gambar tulisan di dalam pikiran merupakan teknik menghafal Al-Qur’an yang paling utama dalam metode Yadain Litahfizhil Qur’an standar karantina hafal Quran sebulan.

Orang yang cepat hafalannya, kesungguhannya mengulang-ulang ayat yang mereka hafal itulah kuncinya. Semakin sering hafalan dibaca berulang se-ayat dua ayat dan seterusnya maka akan semakin lancar hafalannya.

e. Menyimak atau Disimak Hafalannya Melalui Orang yang Fasih Membaca / Menghafal Al-Qur’an

Perbandingan antara muhaffizh dan murid di karantina tahfizh yaitu 1 muhaffizh/ah berbanding 10 peserta. Peserta dibimbing agar dapat menghafal Al-Qur’an kemudian hafalan disimak oleh muhaffizh/ah.

Hafalan yang sudah disimak oleh muhaffizh/ah akan melekat lebih kuat dibandingkan dengan menghafal sendiri. Al-Qur’an berbeda dengan ilmu lainnya. Di dalamnya terkandung ilmu tajwid yang hanya mampu dibaca dengan benar oleh orang yang mahir membacanya. Oleh karena itu, ketika menghafal di luar karantina tahfizh maka kehadiran ustadz, kyai, imam masjid, maupun anggota keluarga yang bacaan Al-Qur’annya fasih diharuskan mengoreksi bacaan hafalan Al-Qur’an yang disimaknya.

Jadwal belajar terbaik hafalan yaitu minimal 1 halaman disimak dengan lancar. Kelancaran hafalan ini membuat semangat hafalan berikutnya. Apabila hafalan tidak lancar maka cukup dengan memperbanyak membacanya sambil tadabur terjemah maka ketika disimak kembali hafalannya bisa lebih lancar. Oleh karena itu, hindari berputus asa saat hafalan kurang lancar disimak. Menghafal lagi sampai lancar maka pasti bisa.

Hafalan yang sudah disimak lancar di hadapan guru, apabila dibaca berulang secara mandiri maka akan lebih ringan dilisankan. Sebenarnya untuk menyetor hafalan Al-Qur’an, tidak harus menunggu sampai satu lembar atau satu halaman baru menyetorkannya. Jika satu hari hanya bisa hafal satu ayat, maka simakkanlah hafalan yang sudah dihafal tersebut pada anggota keluarga terlebih dahulu atau ke teman sebelum menghadap ke ustadz.

f. Menjadikan Seluruh Waktu Produktif untuk Menghafal Al-Qur’an, Kecuali Jam Istirahat

Jadikan setiap waktu menjadi waktu terbaik untuk menghafal Al-Qur’an. Namun tentu saja tanpa harus mengganggu waktu istirahat. Biasanya waktu terbaik menghafal yaitu sebelum dan setelah fajar. Pada waktu ini, otak masih segar dan keadaan tenang, sehingga hafalan akan lebih cepat masuk saat menghafal pada waktu tersebut.

Jadikan pula nyaman menghafal Al-Qur’an pada waktu Dhuha, yang lain mengatakan lebih suka menghafal setelah Zuhur, sebagian mengatakan hafalannya lebih cepat masuk setelah Asar, atau Magrib, atau setelah Isya. Karena setiap orang memiliki keyakinan yang berbeda-beda maka keyakinan bagi peserta dan alumni karantina tahfizh yaitu semua waktu nyaman dan efektif untuk menghafal Al-Qur’an. Apabila waktunya istirahat jam 21:00 sampai jam 03:00 WIB maka sebaiknya istirahat saja tanpa harus menghafal Al-Qur’an.

g. Konsisten dengan Pola Menghafal Al-Qur’an di Karantina Tahfizh Nasional

Berbeda metode maka berbeda pula pola menghafal Al-Qur’an. Pada umumnya menghafal Al-Qur’an dilakukan sedikit demi sedikit. Misalnya 1 halaman per hari, 20 hari sudah mendapatkan 1 juz dan sisa 10 hari untuk memuraja’ah 1 juz.

Ada juga pola menghafal halaman 1 dan 2 kemudian tidak boleh menambah pada halaman 3 sebelum halaman 1, 2, dihafalkan dengan lancar. Berikutnya hanya boleh menghafal halaman 4 jika halaman 1, 2, 3 sudah lancar. Kemudian begitulah seterusnya sehingga khatam 1 juz. Setelah 1 juz pun tidak boleh naik ke juz 2 sebelum juz 1 dihafalkan dengan lancar. Begitulah seterusnya hafalan halaman 23 hanya boleh dihafal apabila halaman 22 sudah lancar.

Berbeda pola dengan di karantina tahfizh, bahwa menghafal Al-Qur’an per halaman dikhatamkan terlebih dahulu 30 juz disertai tadabur terjemah kemudian memurja’ah 5-15 menit per halaman pasca karantina tahfizh. Muraja’ahnya yaitu 5 halaman di hari senin, 5 halaman di hari selasa, 5 halaman hari Rabu, 5 halaman di hari Kamis, maka Senin sampai Kamis sudah memperoleh muraja’ah 1 juz yang dilancarkan kembali di hari Jum’at dan Sabtu disimakkan. Adapun pada hari Ahad seluruh juz dibaca baik dengan melihat mushaf maupun tanpa melihat mushaf Al-Qur’an.

Sebenarnya di luar karantina tahfizh pun sebenarnya boleh saja menambah hafalan dan menyetorkan hafalan setiap hari dengan jumlah yang banyak, misal seperempat juz (5 halaman), dan itu harus disertai waktu muraja’ah yang lebih banyak pula. Akan tetapi, jika di luar karantina tahfizh maka lebih baik 1 hari 1 halaman dan 1 bulan mutqin 1 juz. Hal ini untuk tetap menjaga kekokohan hafalan.

h. Mengutamakan Durasi Menghafal Al-Qur’an

Setiap hari komitmen dengan durasi belajar. Apabila durasinya diselesaikan misalnya di karantina tahfizh menghafal 10-12 jam per hari maka komitmenlah dengan jam belajar tersebut. Adapun perolehan hafalan itu variatif berdasarkan level belajarnya.

Apabila di luar karantina tahfizh komitmen menghafal Al-Qur’an 2 jam per hari maka lakukan itu untuk mendapatkan berapa halaman pun yang terpenting durasinya dipenuhi.

i. Menggunakan Standar Metode di Karantina Tahfizh Nasional

Ada banyak metode menghafal Al-Qur’an. Carilah metode menghafal Al-Qur’an yang menghasilkan hafalan Al-Qur’an dengan baik dan benar serta durasi yang efektif. Rata-rata peserta yang menggunakan standar metode Yadain Litahfizhil Qur’an yaitu dengan membayangkan Al-Qur’an Virtual dan Tadabur terjemah mereka mampu menghafal Al-Qur’an lebih efektif ketika mengulangi lagi hafalannya. Kuncinya adalah pada saat ayat dibaca terbayang tulisannya dan pada saat dibaca ayat di kali keduanya membayangkan tadabbur terjemah dengan membedakan siapa pelakunya? Di mana tempatnya? dan bagaimana sifatnya?

j. Mengulangi Hafalan Setiap Waktu Shalat

Pengulangan hafalan sebelum shalat dilakukan sebagai persiapan agar ketika shalat tahajud, dhuha, maupun shalat wajib hafalannya dapat dibaca. Membaca di luar shalat dan ketika shalat memiliki suasana yang berbeda. Terlebih ketika hafalan dibaca saat menjadi imam shalat. Tentu saja hafalannya harus dilancarkan selancar-lancarnya. Efek positifnya yaitu hafalan menjadi lancar dan kuat.

k. Mengatur Pola Makan, Tidur dan Berbicara

Menghafal Al-Qur’an dalam keadaan perut kosong lebih baik apabila dibandingkan saat perut kekenyangan. Oleh karena itu, ketika puasa menghafal Al-Qur’an secara ruhiyah menjadi lebih khusyu’. Adapun jika tidak berpuasa maka hendaknya makan secukupnya saja dan nilai gizi harus diperhatikan. Hindari terlalu kenyang juga jangan terlalu lapar. Siapkan minuman walaupun mungkin akan sering buang air kecil namun dengan banyaknya minum justru membuat peredaran darah lebih lancar. Istirahat harus cukup, yaitu 6 jam di malam hari dan 1 jam di siang hari (11:00-12:00 WIB) sesuai jadwal di karantina. Selain itu, hindari tidur di pagi hari, dhuha, sore hari, dan waktu maghrib karena itu waktu untuk belajar. Perbaiki pola makan, tidur dan sedikitkan mengobrol. Berbicara dapat mencuri waktu sehingga menyita durasi hafalan.

l. Urutan Proses Menghafal Al-Qur’an

Proses menghafal Al-Qur’an diawali dengan belajar membaca Al-Qur’an, memahami terjemah, memperaktikkan isi kandungan Al-Qur’an yaitu dengan meneladani akhlaq Rasulullah, kemudian menghafal Al-Qur’an, dan mendakwahkan Al-Qur’an. Tentu saja semua proses harus ada gurunya agar mendapatkan pengarahan mengenai hal yang harus dilakukan dan hal yang harus dihindari dari ajaran agama Islam. Hindari belajar otodidak tanpa guru. Boleh saja belajar secara otodidak namun harus dipresentasikan dihadapan guru yang kompeten di bidangnya.

m. Perbanyak Berdoa Memohon Pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala

Tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali doa. Maka berdoalah semoga kita ditakdirkan untuk menjadi penghafal Al-Qur’an.

Disclaimer:

1. Kunci jawaban pada unggahan Ohgreat tidak mutlak kebenarannya

2. Unggahan ini bisa Adik-adik gunakan sebagai salah satu acuan dalam mengerjakan soal bukan sebagai acuan utama

3. Jawaban pada unggahan Ohgreat mungkin akan berbeda dengan pembahasan di sekolah atau penunjang lain

*** Agar tidak ketinggalan update berita berita menarik dan Pembahasan Soal terbaru lainnya yang ada di ohgreat.id. Jangan lewatkan dan dapatkan Berita berita Update lainnya.***

You May Also Like