ohgreat.id – Evolusi Pemasaran Era 1.0: Strategi Bisnis dalam Lanskap Persaingan Global. Pemasaran Era 1.0 merupakan fase awal dalam perkembangan strategi bisnis modern yang berakar pada pendekatan rasional. Hermawan Kartajaya (2010) menjelaskan bahwa konsep ini mencakup dua kerangka penting: Marketing Plus 2000 dan Sustainable Marketing Enterprise (SME). Di masa ini, pemasaran mulai dipahami bukan sekadar penjualan, tetapi sebagai elemen strategis yang harus dikembangkan untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks akibat globalisasi dan deregulasi pasar. Artikel ini mengulas lanskap bisnis pada era 1990-an, perubahan definisi pemasaran, komponen-komponen utama pemasaran, serta pergeseran situasi persaingan yang menjadi dasar transformasi strategi pemasaran.
Isi yang Telah Dirapikan dan Disusun:
Pemasaran Era 1.0, menurut Kartajaya (2010), dibangun di atas pendekatan rational marketing. Dua kerangka penting dalam pendekatan ini adalah Marketing Plus 2000 dan Sustainable Marketing Enterprise (SME). Marketing Plus 2000 berfungsi sebagai panduan untuk memaksimalkan pemasaran sebagai bagian dari strategi bisnis. Sedangkan SME adalah pengembangan yang menambahkan unsur keberlanjutan dan kewirausahaan dalam kerangka pemasaran yang lebih holistik.
Lanskap Bisnis Era 1990-an
Pada akhir 1980-an, pemasaran belum menjadi prioritas perusahaan. Banyak yang masih menganggap pemasaran identik dengan penjualan semata. Namun memasuki tahun 1990, terutama di Indonesia, pemasaran mulai mendapat perhatian seiring adanya regulasi persaingan bebas. Globalisasi menjadi pemicu penting bagi pelaku usaha untuk mempelajari dan menerapkan pemasaran yang strategis agar dapat bersaing secara global. Kartajaya (1996) kemudian memperkenalkan Marketing Plus 2000 Framework sebagai alat untuk melakukan audit kompetitif, perumusan strategi bersaing, dan peningkatan daya saing perusahaan.
Perubahan Definisi Pemasaran
Menurut Kartajaya (1997), definisi pemasaran terus berubah sesuai dengan dinamika persaingan. Dalam kondisi tanpa persaingan, perusahaan tidak memerlukan pemasaran. Namun saat persaingan mulai ketat, pemasaran menjadi krusial bahkan harus menjadi jantung dari bisnis. Filosofi dasar pemasaran modern meliputi:
-
Memberikan kepuasan berkelanjutan bagi konsumen, karyawan, dan pemilik perusahaan.
-
Pemasaran menjadi jiwa seluruh perusahaan, bukan hanya fungsi departemen tertentu.
-
Seluruh anggota organisasi adalah pemasar.
-
Konsumen membeli merek, bukan hanya produk.
-
Semua bidang usaha harus diperlakukan sebagai jasa.
-
Setiap individu berkontribusi pada kepuasan pelanggan.
Gambaran dari tiga elemen utama — konsumen, karyawan, dan pemilik — menegaskan pentingnya keseimbangan kepuasan dalam rangka menciptakan sustainability perusahaan.
Komponen-Komponen Utama Pemasaran
Dalam merancang strategi pemasaran, perusahaan harus mempertimbangkan tiga aspek utama: strategi, taktik, dan nilai. Kartajaya (1996) menunjukkan bahwa hubungan antara ketiga aspek ini bersifat saling mempengaruhi. Strategi membantu menentukan segmen dan target pasar, taktik digunakan untuk implementasi di lapangan, dan nilai menjadi tolok ukur keberhasilan di mata konsumen. Terkadang, seperti yang dikatakan oleh Ries & Trout, taktik perlu dilakukan terlebih dahulu agar strategi bisa efektif.
Pergeseran Situasi Persaingan
Deregulasi tahun 1993 mendorong Kartajaya untuk mengembangkan kerangka kerja baru dari strategic triangle Ohmae (1983) dengan menambahkan elemen keempat yaitu change. Maka terbentuklah 4C: Company, Customer, Competition, dan Change. Pergeseran situasi persaingan ini berkembang dari kondisi stabil (2C), terganggu (2.5C), rumit (3C), canggih (3.5C), hingga kacau (4C).
Pada situasi 2C, tidak ada pesaing dan perubahan lingkungan minim. Konsumen diperlakukan sebagai pembeli pasif dalam pasar monopoli. Namun saat bergerak ke situasi 4C, persaingan semakin tidak terlihat, perubahan menjadi liar dan tidak terduga. Teknologi, globalisasi, dan metode pemasaran baru yang tidak lagi bergantung pada media massa menjadikan strategi harus sangat adaptif. Pesaing bisa datang dari luar negeri, bahkan yang awalnya tidak dianggap sebagai pesaing langsung. Pemasaran Era 1.0 menjadi fondasi penting dalam membentuk cara pandang bisnis terhadap pasar dan persaingan. Melalui pendekatan rasional yang dibawa oleh Kartajaya, pemasaran tidak lagi sekadar aktivitas pendukung, tetapi telah menjadi konsep utama dalam membangun daya saing. Memahami dinamika lanskap bisnis, redefinisi pemasaran, serta pergeseran persaingan menjadi kunci agar strategi bisnis tetap relevan, adaptif, dan berkelanjutan di era globalisasi.