ohgreat.id-Kali ini, Ohgreat akan menyajikan mengenai Mubahalah. Dalam pertemuan kali ini, ohgreat akan menyajikan tentang sesuatu yang sedang viral akhir-akhir ini. Ayo. mari bersama-sama mempelajari semua hal yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Mubahalah dan Risikonya
Mubahalah berasal dari kata bahlah atau buhlah yang artinya kutukan atau melaknat.
Menurut istilah, Mubahalah adalah dua pihak yang saling memohon dan berdoa kepada Allah SWT supaya Allah SWT melaknat dan membinasakan atau mengadzab pihak yang batil (salah) atau menyalahi pihak kebenaran.
Peristiwa mubahalah pernah Rasulullah Saw lakukan terhadap pendeta Kristen dari Najran pada tahun ke-9 Hijriah, sebagaimana disebutkan dalam Qs. Ali Imron (3): 61.
فَمَنْ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا۟ نَدْعُ أَبْنَآءَنَا وَأَبْنَآءَكُمْ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمْ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلْكَٰذِبِينَ
Arab-Latin: Fa man ḥājjaka fīhi mim ba’di mā jā`aka minal-‘ilmi fa qul ta’ālau nad’u abnā`anā wa abnā`akum wa nisā`anā wa nisā`akum wa anfusanā wa anfusakum, ṡumma nabtahil fa naj’al la’natallāhi ‘alal-kāżibīn
Artinya: Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
Hukum Mubahalah
Hukum mubahalah adalah mubah atau boleh, merujuk pada ayat QS Ali Imran:61.
“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”
Menurut Ibn al-Qayyim dalam kitabnya Zaad al-Ma’ad, hukum mubahalah adalah sunah. Bila mendapati mereka yang ngeyel dan angkuh untuk mengakui kekuatan dalil-dalil yang telah disuguhkan, maka hendaknya mengajak mubahalah.
Risiko Mubahalah
Contoh ungkapan Mubahalah, si A dan si B berseteru dalam masalah. Mereka masing-masing mengaku yang benar. Ketika Mubahalah, mereka saling mengatakan,
‘Demi Allah saya yang benar. Dan saya siap mendapat laknat Allah, jika saya dusta.’
Bagaimana hasilnya? Laknat akan menimpa kepada orang yang berdusta diantara mereka. Ibnu Hajar mengatakan,
ومما عُرف بالتجربة أن من باهل وكان مبطلاً لا تمضي عليه سنة من يوم المباهلة، وقد وقع لي ذلك مع شخص كان يتعصب لبعض الملاحدة فلم يقم بعدها غير شهرين
Berdasarkan pengalaman, orang yang melakukan mubahalah di kalangan pembela kebatilan, tidak bertahan lebh dari setahun sejak hari mubahalah. Itu pernah saya alami sendiri bersama seorang yang memiliki pemikiran menyimpang, dan dia tidak bertahan hidup lebih dari 2 bulan. (Fathul Bari, 8/95)
Ibnu Abbas mengomentari orang nasrani Najran,
وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ يُبَاهِلُونَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَرَجَعُوا لاَ يَجِدُونَ مَالاً وَلاَ أَهْلاً
Andai ada orang yang berani bermubahalah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu mereka semua akan pulang, dan semua harta dan keluarganya akan hilang habis. (HR. Ahmad 2264).
Shiddiq Hasan Khan pernah mengatakan,
أردت المباهلة في ذلك الباب ـ يعني باب صفات الله تعالى ـ مع بعضهم فلم يقم المخالف غير شهرين حتى مات
Saya ingin mubahalah dengan sebagian mereka dalam masalah aqidh tentang sifat Allah. Dan orang yang menyimpang tidak bertahan lebih dari dua bulan, hingga dia mati. (Aun al-Bari, 5/334)
Risiko atau konsekuensi akibat mubahalah sangat besar, bahkan berujung kepada kematian. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani mengisahkan, menurut pengalaman di lapangan, pihak yang bermubahalah dan ternyata ialah yang salah, maka tak akan melewati masa hidupnya dari setahun, terhitung dari hari pelaksanaan mubahalah.
“Pengalaman itu pernah terjadi padaku, ketika itu seorang ateis fanatis bermubahalah denganku, selang dua bulan, ia meninggal” (Ibnu Hajar)
Riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas RA menguatkan hal itu. Penentang dakwah Rasulullah SAW yang bermubahalah, begitu mereka pulang usai mengeluarkan pernyataan mubahalah, mereka kehilangan harta dan keluarga mereka.
Mubahalah juga terbukti ketika Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku nabi, berdebat dengan Syekh Tsanaullah al-Amrtasari. Keduanya saling bermubahalah.
Syaikh mengatakan,
غلام أحمد من كان على الباطل أماته الله قبل الصادق منهما
Wahai Ghulam Ahmad, siapa diantara kita berada di atas kebatilan, maka Allah akan segera mematikan sebelum orang yang jujur (lawan debatnya) mati.
Atas seizin Allah SWT, Mirza Sang pendiri Ahmadiyah itu meninggal dunia setahun usai peristiwa mubahalah.
Syarat Mubahalah
Dalam bermubahalah, para ulama memberikan syarat sebagai berikut:
1. Ikhlas karena Allah.
2. Tujuan mubahalah adalah untuk menegakkan yang hak dan meruntuhkan yang batil, bukan untuk mencari kemenangan dalam berdebat dan popularitas.
3. Mubahalah dilakukan setelah dilakukan dialog terlebih dahulu. Dalam dialog tersebut, telah memberikan bukti nyata, namun lawan masih menentangnya. Di sini, boleh melakukan mubahalah.
4. Lawan sudah ketahuan dengan jelas kesalahannya, namun ia masih inkar dengan kebenaran dan menuruti hawa nafsu.
5. Mubahalah harus terkait dengan perkara yang sangat penting dalam urusan agama, seperti ketika lawan meragukan keberadaan Tuhan, inkar dengan Nabi Muhammad, inkar dengan hari kiamat dan lain sebagainya.
6. Diyakini bahwa mubahalah akan membawa maslahat bagi umat Islam secara umum, bukan justru menambah masalah.
7. Tidak diperkenankan melakukan mubahalah pada perkara furuiyyah (cabang) atau perkara ijtihadiyah.
Demekian Penjelasan mengenai Mubahalah. Semoga yang sedikit ini bermanfaat.
*** Agar tidak ketinggalan update berita berita menarik dan Pembahasan Soal terbaru lainnya yang ada di ohgreat.id. Jangan lewatkan dan dapatkan Berita berita Update lainnya.***